Donderdag 23 Mei 2013

suspensi




FORMAT LAPORAN RESMI PRATIKUM FARMAKOLOGI
Resep no        :V
Bentuk sediaan: SUSPENSI
A. Dasar Teori
1. pengertian
a.    Suspensi adalah sediaaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus, tidak boleh cepat mengendap, dan bila dikocok perlahan endapan harus segera terdispersi kembali. Dapat ditambahkan zat tambahan untuk menjamin stabilitas tetapi kekentalan suspensi harus menjamin sediaan mudah dikocok dan dituang.
b. Farmakope Indonesia IV Th. 1995, hal 17
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair.
 
 c. Farmakope Indonesia III, Th. 1979, hal  32
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa.

 d. Fornas Edisi 2 Th. 1978 hal 333
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung obat padat, tidak melarut dan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa, atau sediaan padat terdiri dari obat dalam bentuk serbuk halus, dengan atau tanpa zat tambahan, yang akan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa yang ditetapkan.  Yang pertama berupa suspensi jadi, sedangkan yang kedua berupa serbuk untuk suspensi yang harus disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan.



2.Macam-macam suspensi
 Suspensi berdasarkan kegunaanya  menurut USP XXVII, 2004, hal 2587


S               a.suspensi oral  : sediaan cair  yang menggunakan partikel-partikel padat terdispersi dalam suatu pembawa cair dengan flavouring agent yang cocok yang dimaksudkan untuk pemberian oral.

                        b. Suspensi topikal : sediaan cair yang mengandung partikel-partikel padat yang terdispersi dalam suatu pembawa cair yang dimaksudkan untuk pemakaian pada kulit.

                       c. Suspensi otic   : sediaan cair yang mengandung partikel-partikel mikro dengan maksud ditanamkan  di luar telinga.
d.Suspensi optalmik
Yaitu sediaan cair yang steril yang mengandung partikel-partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata.
 





3.Berdasarkan Sifat  sediaan obat suspensi  (Diktat kuliah Likuida dan Semisolida, hal 102-104)

a.Suspensi Deflokulasi
- Partikel yang terdispersi merupakan unit tersendiri dan apabila kecepatan sedimentasi bergantung daripada ukuran partikel tiap unit, maka kecepatannya akan lambat.
- Gaya tolak-menolak di antara 2 partikel menyebabkan masing-masing partikel menyelip diantara sesamanya pada waktu mengendap.
- Supernatan sistem deflokulasi keruh dan setelah pengocokan kecepatan sedimentasi partikel yang halus sangat lambat.
- Keunggulannya : sistem deflokulasi akan menampilkan dosis yang relatif homogen pada waktu yang lama karena kecepatan sedimentasinya yang lambat.
- Kekurangannya : apabila sudah terjadi endapan sukar sekali diredispersi karena terbentuk masa yang kompak.
- Sistem deflokulasi dengan viskositas tinggi akan mencegah sedimentasi tetapi tidak dapat dipastikan apakah sistem akan tetap homogen pada waktu paronya.

b. Suspensi Flokulasi

- Partikel sistem flokulasi berbentuk agregat yang dapat mempercepat terjadinya sedimentasi. Hal ini disebabkan karena setiap unit partikel dibentuk oleh kelompok partikel sehingga ukurang agregat relatif besar.
- Cairan supernatan pada sistem deflokulasi cepat sekali bening yang disebabkan flokul-flokul yang terbentuk cepat sekali mengendap dengan ukuran yang bermacam-macam.
- Keunggulannya :sedimen pada tahap akhir penyimpanan akan tetap besar dan mudah diredispersi.
- Kekurangannya : dosis tidak akurat dan produk tidak elegan karena kecepatan sedimentasinya tinggi.
- Flokulasi dapat dikendalikan dengan :
a.     Kombinasi ukuran partikel
b.    Penggunaan elektrolit untuk kontrol potensial zeta.
c.     Penambahan polimer mempengaruhi hubungan/ struktur partike


4.Sarat Sediaan Obat Suspensi 
a. FI IV, 1995, hal 18

1. Suspensi tidak boleh diinjeksikan secara iv dan intratekal
2. Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan dengan cara tertentu harus mengandung zat antimikroba.
3. Suspensi harus dikocok sebelum digunakan
4. Suspensi harus disimpan dalam wadah tertutup rapat.


 b. FI III, 1979, hal 32
1.  Zat terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap
2. Jika dikocok, harus segera terdispersi kembali
3. Dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi
4. Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang.
5. Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel dari suspensoid tetap agak konstan untuk yang lama pada penyimpanan.(Ansel, 356

 c. Fornas Edisi 2, 1978, hal 333
Pada pembuatan suspensi, untuk mencegah pertumbuhan cendawan, ragi dan jasad renik lainnya, dapat ditambahkan zat pengawet yang cocok terutama untuk suspensi yang akan diwadahkan dalam wadah satuan ganda atau wadah dosis ganda.


5.Keuntungan dan Kekurangan Sediaan  (RPS ed. 18, vol 3, 1538-1539)
a. keuntungan atau kelebihan

   :
1.Baik digunakan untuk pasien yang sukar menerima tablet / kapsul, terutama anak-anak.

2.Homogenitas tinggi
 
3.Lebih mudah diabsorpsi daripada tablet / kapsul (karena luas permukaan kontak antara zat aktif dan saluran cerna meningkat).

4.Dapat menutupi rasa tidak enak / pahit obat (dari larut / tidaknya)

5.Mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air.






 b. kekurangan atau kerugian
 
1.Kestabilan rendah (pertumbuhan kristal jika jenuh, degradasi, dll)

2.Jika membentuk “cacking” akan sulit terdispersi kembali sehingga homogenitasnya turun.

3.Alirannya menyebabkan sukar dituang
4.Ketepatan dosis lebih rendah daripada bentuk sediaan larutan
5.Pada saat penyimpanan, kemungkinan terjadi perubahan sistem dispersi (cacking, flokulasi-deflokulasi) terutama jika terjadi fluktuasi / perubahan temperatur.
6.Sediaan suspensi harus dikocok terlebih dahulu untuk memperoleh dosis yang diinginkan.
B .RESEP
1. Resep Obat

R/ Cotrimoxazol      tab  5
Gumi Arabic           500 mg
Aquadest                100 ml
m.f.susp F1.1
s. b .d.b. Cth 1


pro: Andi ( 5 tahun)



2. Khasiat Obat
a. cotrimoxazol
obat cotrimoxazol berkasiat untukInfeksi saluran kemih dan kelamin yang disebabkan oleh E. coli.
Otitis media akut yang disebabkan Streptococcus pneumonia.
Infeksi saluran pernafasan bagian atas dan bronchitis kronis yang disebabkan Streptococcus pneumonia
Enteritis yang disebabkan Shigella flexneriPneumonia yang disebabkan Pneumocystis carinii.
Diare yang disebabkan oleh E. coli.

b. gummi Arabic
 gumi Arabic berkasiat untuk melarutkan obat  didalam air supaya menjadi homogen, yang akan dipakai dalam sediaan suspensi dalam pratikum ini kita menggunakan obat contrimoxazol.

c. Aquadest
Aquadest berkhasiat untuk pelarut bahan sedian suspensi.

3. Perhitungan Dosis Sekali Maupun Sehari.
Dalam 1 tab contrimoxazol mengandung sulfamethoaxzole 400mg, trimetropin 80 mg.  jadi total nya 480mg.
Contrimoxazole 480mg X 5 tab=2400mg= 2.4 g
Gummi Arabic 500 mg= 0.5 g
Aquadest 100ml= 100g,
1 sendok teh = 5 ml syr atau suspn= 0,005
Jadi: 2.4 g+ 0.5g+100g=102.9
 Jadi dalam satu sendok teh suspensi  mengandung  102.9: 0,005= 20,58 g.
Jadi dosis sediaan obat suspensi  dalam 1x minum  yang diberikan kepada an. Andi yaitu: Setiap 102.9 :   0,005  = 20,58g.

Dosis yang dibutuhkan dalam sehari oleh an. Andi yaitu: andi meminum obaat sebanyak 3x/ hr, setiap satu kali minum 1 sendok teh. Jadi :
20,58g X 3= 61,74 g dalam sehari..




4.
Cara Kerja Pembuatan Sedian Obat Suspensi
a.  ALAT
1.     Botol dikalibrasi 100 ml.
 2.      Gelas ukur
3    . Kertas perkamen
4.      Lap halus
5.     Lumpang dan alu
6.    Pipet tetes
7. Sendok tanduk
8 Timbangan kasar
B.    BAHAN
1.      Aquadest                                 100 ml
2. CONTRIMOXAZOL              5 tab
3. Gummi Arabic                          500 mg

C. Langkah kerja .
1)   Ambil cotrimoxazol sebanyak 5 tablet, gerus sampai halus dalam mortir. Kemudian letakan di kertas perkamen dahulu.
2)   timbang gummi Arabicum sebanyak 500mg, kemudan digerus sambl diberi tambahan aquadest secukupnya, aduk sampai homogen.
3)   campur kotrimoxazol dengan cairan gummi, aduk sampe homogen, tambahkan sisa aquades sedikit demi sedikit sampai habis.
4) kemudian masukkan dalam botol  dikalibrasi 100 ml sampai habis
5) Dan   Diberi etiket putih  dan pada  label  diberi keterangan “kocok dahulu”.

5. Etiket Obat Bewarna putih

Laboratorium STIKES Respati
Yogyakarta
No: 3                                                  tgl: 14 – 12- 12
Nama : An. Andi
3x sehari 1 sendok teh,
Dikocok terlebih dahulu.


                                                        Ttd
                                                      wulan







C. PEMBAHASAN SUSPENSI
A. CONTRIMOXAZOL
1.Uraian bahan obat contrimoxazol
  a.sulfametoksazol


a. Sinonim    : sulfamethoxazolum (Anonim, 1979)
b.Nama & Struktur Kimia: 4-amino-N-(5-methylisoxazol-3-yl)-benzenesulfonamide, 5-(3,4,5-trimethoxybenzyl)pyrimidine-2,4-diamine,C10H11N3O3S, C14H18N4O3


c.    Khasiat    : anti bakteri
d.    Pemerian    : serbuk hablur putih; sampai hampir putih; praktis tidak berbau
e.    Dosis        : DLA = 1x : -
                  1 hr : 50 mg/kg (Anonim, 1979)
              DLD = 1x : dosis awal = 2 g (Anonim, 1979)
                                 dosis  pemeliharaan = 1 g(2-3 kali 1hr)

b. Trimetoprim
a.    Sinonim        : trimethoprimum (Anonim, 1979)
b.    Khasiat        : anti bakteri
c.    Pemerian    : serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa sangat pahit

Cotrimoxazole adalah bakterisid yang merupakan kombinasi sulfametoksazol dan trimetoprim dengan perbandingan 5 : 1. Kombinasi tersebut mempunyai aktivitas bakterisid yang besar karena menghambat pada dua tahap biosintesa asam nukleat dan protein yang sangat esensial untuk mikroorganisme. Cotrimoxazole mempunyai spektrum aktivitas luas dan efektif terhadap bakteri gram-positif dan gram-negatif, misalnya Streptococci, Staphylococci, Pneumococci, Neisseria, Bordetella. Klebsiella, Shigella dan Vibrio cholerae. Cotrimoxazole juga efektif terhadap bakteri yang resisten terhadap antibakteri lain seperti H. influenzae, E. coli. P. mirabilis, P. vulgaris dan berbagai strain Staphylococcus.

Komposisi:
Tiap tablet mengandung 80 mg trimetoprim dan 400 mg sulfametoksazol.

Indikasi:

Infeksi saluran kemih dan kelamin yang disebabkan oleh E. coli. Klebsiella sp, Enterobacter sp, Morganella morganii, Proteus mirabilis, Proteus vulgaris.
Otitis media akut yang disebabkan Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae.
Infeksi saluran pernafasan bagian atas dan bronchitis kronis yang disebabkan Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae.
Enteritis yang disebabkan Shigella flexneri, Shigella sonnei.
Pneumonia yang disebabkan Pneumocystis carinii.
Diare yang disebabkan oleh E. coli.

PERINGATAN DAN PERHATIAN :
-  Saat menggunakan obat ini agar minum air yang banyak untuk mencegah kristaluria.
-  Penderita dengan kegagalan fungsi ginjal, dosis harus dikurangi. Pemberiannya harus dijarangkan untuk menghindari efek kumulatif dalam darah.
-  Pada pengobatan jangka panjang, dianjurkan pemeriksaan darah yang teratur dan berkala, karena ada kemungkinan terjadi diskrasia darah.
-  Tidak mengobati faringitis yang disebabkan oleh b hemolitik streptococcus grup A.
-  Hentikan penggunaan Co-trimoxazole bila sejak awal penggunaan ditemukan ruam kulit atau tanda-tanda efek samping lain yang serius.

EFEK SAMPING :
-  Mual, muntah, ruam kulit.
-  Leukopenia, trombositopenia, agranulositosis, anemia aplastik, diskrasia darah.
-  Pada penggunaan jangka panjang pernah dilaporkan adanya megaloblastik anemia dan hal ini dapat ditolerir dengan pengobatan Asam folinat.
-  Walaupun sifatnya jarang dapat terjadi reaksi hipersensitivitas yang fatal pada kulit atau darah seperti sindrom Steven Johnson, toxic epidermal, necrosis fulminant, hepatic necrosis dan diskrasia darah lainnya.

KONTRA INDIKASI :
-  Penderita yang diketahui sensitif terhadap golongan Sulfonamid atau Trimethoprim.
-  Bayi berumur kurang dari 2 bulan
-  Penderita anemia megaloblastik yang terjadi karena kekurangan folat.
-  Wanita hamil dan menyusui, karena Sulfonamida melewati plasenta dan dieksresikan pada susu dan dapat menyebabkan kernicterus.

INTERAKSI OBAT :
-  Co-trimoxazole dapat menambah efek dari antikoagulan dan memperpanjang waktu paruh Fenitoin juga dapat mempengaruhi besarnya dosis obat-obat hipoglikemia.
-  Pernah dilaporkan adanya megaloblastik anemia apabila Co-trimoxazole diberikan bersama-sama dengan obat yang dapat menghambat pembentukan folat misalnya Pirimetamin.
-  Pemberian bersama dengan diuretik terutama Tiazid dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya trobositopenia.

CARA PENYIMPANAN :
Simpan pada suhu kamar (25-30oC) dalam  wadah tertutup rapat dan hindarkan dari cahaya matahari.

Dosis:
6 minggu – 6 bulan:
120 mg, 2 kali sehari.

6 bulan – 6 tahun:
240 mg, 2 kali sehari.

6 – 12 tahun:
480 mg, 2 kali sehari.

Dewasa dan anak diatas 12 tahun:
960 mg, 2 kali sehari.
Untuk pengobatan jangka panjang : 2 x sehari 1 kaplet atau ½ kaplet forte.

Infeksi berat          : 2 x sehari 3 kaplet atau 1 ½ kaplet forte.
Untuk gonorea tidak terkomplikasi : 2 x sehari 4 kaplet atau 2 kaplet forte selama 2 hari.
Untuk pengobatan Shigellosis selama 5 hari.
Untuk penderita gangguan fungsi ginjal dosis sebagai berikut :

Creatinine Clearance
Dosis
> 30 ml/menit
10 – 30 ml/menit
<15 ml/menit
Dosis lazim
½ Dosis lazim
Pemberian tidak dianjurkan






B. AQUDEST
Aquadest berfungsi  untuk pelarut bahan sedian  obat suspensi dan sebagai volume tambahan.
nama            nama  resmi            : AQUA DESTILLATA
Nama        nama sinonim        : Air suling, Air murni
Rum         rumus  molekul      : H2O

Pemp           pemberian              :  Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa
Penyi           penyimpanan         : Dalam wadah tertutup baik
   Kha         khasiat: untuk pelarut



C. Gummi Arabicum
gumi Arabic berkasiat untuk melarutkan obat  didalam air supaya menjadi homogen, yang akan dipakai dalam sediaan suspensi dalam pratikum ini kita menggunakan obat contrimoxazol.

1. Uraian bahan gummi arabicum
a.Warna      : putih
      -  Rasa       : Rasa tawar seperti lendir
      -  Bau         : Hampir tidak berbau
      -  Bentuk   : Butir, bentuk bulat (bulat telur)
b. Kelarutan :
-          mudah  larut dalam air
-          Menghasilkan larutan yang kental dan tembus cahaya
-          Praktis tidak larut dalam etanol (95%)
c. Ukuran partikel : Penampang 0,5 cm sampai 6 cm
d.  Stabilitas :
-          lebih mudah terurai dengan adanya udara dari luar
-          mudah terurai oleh bakteri dan reaksi enzimatik
-          mudah teroksidasi
e . Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan amidopyrin, apomorfin, aerosol, etanol 95 %, garam ferri, morfin, tanin, timol, banyak kandungan garam menurunnya viskositas.
f.  Sumber : - Farmakope Indonesia III hal.297
-  Handbook of pharmaceutical Excipient hal.2

D. PROBLEMA  RESEP
I. Bentuk Sediaan Obat, Dan Bahan  Tambahan Yang Diperlukan

Dalam pratikum ini  kita membuat Bentuk sediaan obat yaitu suspensi, pengertian suspensi sendiri  adalah sediaaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus, tidak boleh cepat mengendap, dan bila dikocok perlahan endapan harus segera terdispersi kembali
Bahan utama obat yang digunakan yaitu contrimoxazol sebanyak 5 tablet, dimana  obat cotrimoxazol berkasiat untukInfeksi saluran kemih dan kelamin Infeksi saluran pernafasan bagian atas,  bronchitis kronis, Enteritis  dan Diare.


Selain itu dalam pratikum pembutaan sediaan obat suspensi juga memerlukan bahan tambahan yaitu berupa:
a. gummi Arabic:
gumi Arabic berfungsi  untuk melarutkan obat  didalam air supaya menjadi homogen, yang akan dipakai dalam sediaan suspensi dalam pratikum ini kita menggunakan obat contrimoxazol.

b. Aquadest
Aquadest berfungsi  untuk pelarut bahan sedian suspensi dann penambahan volume.



2. Cara Penggunaan Obat Oleh Pasien
Dalam pratikum pembuatan sediaan obat suspensi, cara penggunaan obat   yang ditujukan kepada pasien dengan atas Nama: Andi, yang berusia lima tahun yaitu larutan oral.
Larutan oral adalah sediaan cair yang dimaksudkan untuk pemberian oral, yang mengandung satu atau lebih bahan aktif terapetik yang larut dalam air, atau air- cosolven.
An. Andi dianjurkan untuk minum obat (dalam sediaan suspensi) dalam setiap kali minum 1 sendok teh. Dan dalam sehari andi harus meminum sebanyak 3x. obat ini diminum sesudah makan. Dan harus dikocok terlebih dahulu sebelum diminum.


3. Etiket Yang Digunakan
Dalam pratikum pembuataan sediaan obat suspensi , etiket obat yang digunakan adalah bewarna putih,  karena bentuk sediaan obat suspensi ini cara pemakaianya ”oral” yaitu dengan cara diminum melalui mulut,.

. Etiket Obat Bewarna putih

Laboratorium STIKES Respati
Yogyakarta
No: 3                                                  tgl: 14 – 12- 12
Nama : An. Andi
3x sehari 1 sendok teh,
Dikocok terlebih dahulu.


                                                        Ttd
                                                      wulan


E. Permasalahan
1.Tujuan pengobatan
Dalam pratikum ini  tujuan pengobatan yang ditujukan kepada pasien yaitu menggunakan bentuk sediaan obat yang berbentuk  suspensi, yang cara pemakainya secara oral, yang menjadi dasar pertimbangan untuk dibuat sediaan suspensi karena pasienya masih berusia 5 tahun, Dimana biasanya anak dengan usia itu, masih susah untuk minum obat. Dan  manfaat sediaan obat suspensi sendiri yaitu:
1 Baik digunakan untuk pasien yang sukar menerima tablet/ kapsul, terutama anak-anak.
                           2.          Homogenitas tinggi
                           3.          Lebih mudah diabsorpsi daripada tablet/kapsul karena luas permukaan
                           4.          kontak antara zat aktif dan saluran cerna meningkat
                           5.          Dapat menutupi rasa tidak enak/pahit obat (dari larut/tidaknya)
                           6.          Mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air

Bahan utama bentuk sediaan suspensi yaitu contrimoxazol, dimana tujuan pengobatanya sendiri untuk:
 -  Infeksi traktus urinarius seperti pielonefritis, pielitis dan prostatitis akut dan kronis yang disebabkan oleh kuman yang sensitif, seperti E.coli, Klebsiella, Enterobacter dan Proteus mirabilis.
-  Infeksi traktus gastrointestinalis, terutama yang disebakan oleh kuman Salmonella dan Shigella seperti demam tifoid, paratifoid dan disentri basiler.
-  Infeksi traktus respiratorius seperti bronkitis akut dan sinusitis akut yang disebabkan oleh kuman H. influenzae atau S. pneumoniae.
-  Infeksi THT seperti otitis media akut yang disebabkan oleh kuman H. influenzae atau S. pneumoniae.

2. Perhitungan Dosis Sediaan Cair
Dalam 1 tab contrimoxazol mengandung sulfamethoaxzole 400mg, trimetropin 80 mg.  jadi total nya 480mg.
Contrimoxazole 480mg X 5 tab=2400mg= 2.4 g
Gummi Arabic 500 mg= 0.5 g
Aquadest 100ml= 100g,
1 sendok teh = 5 ml syr atau suspn= 0,005
Jadi: 2.4 g+ 0.5g+100g=102.9
102.9: 0,005= 20,58 g.
Jadi dosis sediaan obat suspensi yang diberikan kepada an. Andi yaitu: Setiap satu kali minum dalam 1 sendok the yaitu: 20,58g….
3. Lama Pengobatan Antibiotik
Obat antibiotic biasanya bekerja sangat spesifik pada suatu proses mutasi yang mungkin terjadi pada bakteri yang memungkkinkan munculnya STRAIN bakteri yang kebal terhadap antibiotika,. Itulah sebabya antibiotic diberikaan dalam dosis,yang menyebabkan bakteri segera mati,dan dalam jagka waktu yang lama yaitu minimal  sampe lima hari, agar tidak terjadi mutasi.karena penggunaan antibiotic yang tanggung atau tidak tepat, hanya membuka peluang munculnya bakteri yang kebal atau resisten.
Lama pengobataan antibiotik sangat  tegantung dari jenis bakteri yang menginfeksi tubuh, sebagai contoh mycobacterium memerlukan waktu selama 6 bulan, escheria coli memerlukan waktu 2 minggu ( tergantung dari beratnya infeksi). Karena faktor pengobatan yang tepat waktu dan dosis yang tepat akan menghasilkan efek yang optimal, maka sebaiknya pasien harus patuh dalam mengkonsumsi obat antibiotik, agar bakter tersebut tidak resisten didalam tubuh pasien.

4. efek samping yang timbul dari antibiotic
Pasien yang mengkonsumsi obat  antibiotik bisa menimbulkan efek samping diantaranya:
a.Reaksi alergi yang ringan berupa gatal-gatal, yang lebih berat berupa syok anafilaksis / pingsan, bahkan kematian. Yang perlu diwaspadai adalah seseorang dengan riwayat alergi dapat muncul reaksi alergi pada penggunaan ulang suatu antibiotika tertentu.
b. Reaksi Toksik tergantung pada jenis obat dan faktor dalam tubuh penderita. Contoh tetrasiklin mengganggu pertumbuhan jaringan tulang termasuk gigi bila diberikan pada anak-anak.
c. Super Infeksi, yakni timbulnya infeksi baru karena penggunaan antibiotik tertentu.
d. Resistensi Bakteri, yakni kemampuan antibiotik untuk membasmi bakteri tertentu berkurang, bahkan hilang sama sekali.
e. Bisa juga berakibat parah seperti sindrom Steven Johnson.

5. Sediaaa obat  contrimoxazool  yang ada di perdagangan
Sediaan obat brand name    contrimoxazole  yang beredar di perdagangan  antar lain yaitu:
a.nama obat     : bactericid / bactericid forte
diproduksi oleh: SOHO
komposisi        : per tab 400mg/80mg sulfamethoaxzole 400mg, trimetropin 80 mg.per 5 ml suspensi 200mg/40mg sulfamethoaxzole 200mg, trimetropin 40mg,
indikasi            :  Infeksi saluran nafas, ginjal, dan saluran kemih, dan infeksi lainya.
Dosis                  : tab dewasa dan anak > 12 th, 2x/ hari. Infeksi berat 3tab 2x/ hari.kapl forte dws dan anak > 12 tahun  1 kaps 2x/ hr. susp anak 6- 12 th 5 – 10 ml, 2x/ hr.  anak 2 th 2.5 ml 2x/ hr.
Pemberian obat: berikan segera sesudah makan,
Kontra indikasi : HIPSESITIF terhadap sulfonamida , kerusakan hati, atau ginjal berat, diskrasia darah, hamil, laktasi dan bayi > 2bln, porfiria.
Peringataan     : defissienssi asam folat, status nutrisi buruk, defisiensi G6PD, usia lanjut, individu dengan peurunan fungsi ginjal,
Efek samping: ganggaun gastro intrasiinal, syndrom steven Johnson, lyell, jarang hepatitis, kolitis pseudomembran, dan kelinan darah.
Interaksi obat: efek menurun oleh PABA, anestesi lokal oleh prokain, efek potensi dengan metotreksal, warfarin, sulfonilurea.

b. nama obat: bactrizol
diproduksi oleh: corsa
komposisi        : Co- trimoxazole (sulfamethoaxzole) ( SMZ) dan ( trimetropin) ( TM)
                         per tab 400mg/80mg sulfamethoaxzole 400mg, trimetropin 80 mg.per 5 ml suspensi 200mg/40mg sulfamethoaxzole 200mg, trimetropin 40mg,
indikasi : infeksi saluran kencing, infeksi GIT, saluran nafas atas, THT, dan kulit.
Dosis: Tab dws 2 tab, anak 6- 12 th 1tab, 2- 5 th ½ tab . kaps forte dewasa 1 kpl, anak 6 – 12 th ½ kapl, . sir anak 6 – 12 th  2 sdt,  6 mg – 1 th ½  sdt. Semua dosis diberikan 2x/ hari.
Pemberian obat: berikan segera sesudah makan,
Kontra indikasi : hipersensitifitas  terhadap sulfonamida , kerusakan hati, atau ginjal berat, diskrasia darah, hamil, laktasi dan bayi > 2bln, porfiria.
Peringataan     : defissienssi asam folat, status nutrisi buruk, defisiensi G6PD, usia lanjut, individu dengan peurunan fungsi ginjal,
Efek samping: ganggaun gastro intrasiinal, syndrom steven Johnson, lyell, jarang hepatitis, kolitis pseudomembran, dan kelinan darah.
Interaksi obat: efek menurun oleh PABA, anestesi lokal oleh prokain, efek potensi dengan metotreksal, warfarin, sulfonilurea.


c. nama obat:IKAPRIM/ IKAPRIM FORTE
 diproduksi oleh: ikapharmindo
komposisi: per tab ikraprim sulfamethoaxzole 400mg, trimetropin 80 mg
 per tab ikraprim forte  sulfamethoaxzole 800mg, trimetropin 160 mg
indikasi: demam tifoid dn paratifoid,kolera, infeksi saluran nafas, GI, saluran kemih kelamin, kulit dan jaringan lunak, GO,otitis media akut, toksoplasmosis.
dosis:ikaprim dws dan anak > 12 th 2 tab, 6 – 12 th  1 tab, 6 bln – 5 th ½ tab.  6 hr – 6 bln ¼ tab, semua tadi diberikan 2x/ hr.
ikaprim forte dws  dan anak > 12 th 1 tab, anak 6- 12 th ½ tab, diberikan 2x/ hr
Pemberian obat: berikan segera sesudah makan,
Kontra indikasi : hipersensitifitas  terhadap sulfonamida , kerusakan hati, atau ginjal berat, diskrasia darah, hamil, laktasi dan bayi > 2bln, porfiria.
Peringataan     : defissienssi asam folat, status nutrisi buruk, defisiensi G6PD, usia lanjut, individu dengan peurunan fungsi ginjal,
Efek samping: ganggaun gastro intrasiinal, syndrom steven Johnson, lyell, jarang hepatitis, kolitis pseudomembran, dan kelinan darah.
Interaksi obat: efek menurun oleh PABA, anestesi lokal oleh prokain, efek potensi dengan metotreksal, warfarin, sulfonilurea.



F. KESIMPULAN  HASIL PRATIKUM PEMBUATAAN SEDIAAN OBAT SUSPENSI
A. kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kita ambil dalam pratikum pembuataan sediaan obat suspensi yaitu:
1.Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair.
2.      Salah satu keuntungan suspensi adalah tertutupnya rasa tidak enak atau rasa pahit obat yang kebanyakan kurang disukai oleh anak-anak sehingga memungkinkan untuk diberikan pada anak-anak.sedangkan kerugiannya adalah pada saat penyimpanan kemungkinan terjadi perubahan sistem dispersi.
3.      Suspensi yang ideal setidaknya haruslah dibuat dengan tepat, mengendap secara lambat dan harus rata lagi bila dikocok.

B. SARAN
§  Diharapkan kepada semua pratikum untuk  lebih banyak belajar mengenai sifat, stabilitas, tipe suspensi maupun cara melarutkan dan penyimpananya.
§  pada saat pembuatan suspensi, praktikan harus mengetahui kelarutan dari bahan-bahan obat yang dikerjakan, Praktikan juga harus mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi stabilitas suspensi, agar dapat menghasilkan suspensi yang baik.