Maandag 20 Mei 2013

MAKALAH BENDUNGAN AIR SUSU IBU


BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar belakang

Memberi ASI pada bayi merupakan proses alami sebagai kewajiban seorang ibu yang mengasuh anaknya. Karena ASI merupakan makanan utama untuk bayi umur 0-6 bulan pertama kehidupannya. Proses alami untuk memberikan ASI sudah dimulai saat terjadi kehamilan, karena bersama dengan hamil, payudara telah disiapkan sehingga setelah bayi lahir ibu bisa segera memberikan ASI pada bayinya.
Sejak hari ketiga sampai hari keenam setelah persalinan, ketika ASI secara normal dihasilkan, payudara menjadi sangat penuh. Hal ini bersifat fisiologis dan dengan penghisapan yang efektif dan pengeluaran ASI oleh bayi, rasa penuh tersebut pulih dengan cepat. Namun keadaan ini bisa menjadi bendungan, pada bendungan payudara terisi sangat penuh dengan ASI dan cairan jaringan. Aliran vena dan limfotik tersumbat, aliran susu menjadi terhambat dan tekanan pada saluran ASI dan alveoli meningkat.
Payudara yang terbendung membesar, membengkak, dan sangat nyeri. Payudara dapat terlihat mengkilat dan edema dengan daerah eritema difus. Puting susu teregang menjadi rata, ASI tidak mengalir dengan mudah, dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap ASI, wanita kadang- kadang menjadi demam akibat ASInya tidak keluar dengan baik.
Keluhan ibu menurut Prawirohardjo, (2005) adalah payudara bengkak, keras, panas dan nyeri. Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan payudara untuk mencegah terjadinya kelainan.
Bila terjadi  pembendungan ASI maka berikan terapi simptomatis untuk sakitnya (analgetika), kosongkan payudara, sebelum menyusui pengurutan dulu atau dipompa, sehingga sumbatan hilang. Kalau perlu berikan stilbestrol atau lynoral tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari untuk membendung sementara produksi ASI.

 
B. Rumusan Masalah
1)      Apa pengertian dari bendungan ASI?
2)      Apa penyebab dari bendungan ASI?
3)      Bagaimana tanda dan gejala bendungan ASI?
4)      Bagaimana pencegahan bendungan ASI?
5)      Bagaimana penatalaksanaan bendungan ASI?

C. Tujuan
1)      Untuk mengetahui pengertian dari bendungan ASI
2)      Untuk mengetahui penyebab dari bendungan ASI
3)      Untuk memahami tanda dan gejala bendungan ASI
4)      Untuk mengetahui cara pencegahan terjadinya bendungan ASI
5)      Untuk mengetahui penatalaksanaan terhadap bendungan ASI













BAB II
TINJAUAN  TEORI


A. Pengertian

Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada putting susu. Bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan. (Sarwono, 2005).
Pembendungan ASI menurut Pritchar (1999) adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus lakteferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada puting susu (Buku Obstetri Williams)
Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau kelainan pada putting susu (Mochtar, 1998).
Pembendungan ASI menurut Pritchar (1999) adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus lakteferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada puting susu (Buku Obstetri Williams)
Keluhan ibu menurut Prawirohardjo, (2005) adalah payudara bengkak, keras, panas dan nyeri. Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan payudara untuk mencegah terjadinya kelainan.
Bila terjadi juga, maka berikan terapi simptomatis untuk sakitnya (analgetika), kosongkan payudara, sebelum menyusui pengurutan dulu atau dipompa, sehingga sumbatan hilang. Kalau perlu berikan stilbestrol atau lynoral tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari untuk membendung sementara produksi ASI.
Kepenuhan fisiologis menurut Rustam (1998) adalah sejak hari ketiga sampai hari keenam setelah persalinan, ketika ASI secara normal dihasilkan, payudara menjadi sangat penuh. Hal ini bersifat fisiologis dan dengan penghisapan yang efektif dan pengeluaran ASI oleh bayi, rasa penuh tersebut pulih dengan cepat. Namun dapat berkembang menjadi bendungan.
Pada bendungan, payudara terisi sangat penuh dengan ASI dan cairan jaringan. Aliran vena limpatik tersumbat, aliran susu menjadi terhambat dan tekanan pada saluran ASI dengan alveoli meingkat. Payudara menjadi bengkak, merah dan mengkilap.
Jadi dapat diambil kesimpulan perbedaan kepenuhan fisiologis maupun bendungan ASI pada payudara adalah :
  1. Payudara yang penuh terasa panas, berat dan keras. Tidak terlihat mengkilap. ASI biasanya mengalir dengan lancar dengan kadang-kadang menetes keluar secara spontan. 
  2.  Payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri. Payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri. Payudara terlihat mengkilap dan puting susu teregang menjadi rata. ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit menghisap ASI sampai bengkak berkurang.

B. Etiologi
Bendungan air susu dapat terjadi pada hari ke dua atau ke tiga ketika payudara telah memproduksi air susu. Bendungan disebabkan oleh pengeluaran air susu yang tidak lancar, karena bayi tidak cukup sering menyusu, produksi meningkat, terlambat menyusukan, hubungan dengan bayi (bonding) kurang baik dan dapat pula karena adanya pembatasan waktu menyusui. (Sarwono, 2009)
Pada bendungan ASI payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri. Payudara terlihat mengkilap dan puting susu teregang menjadi rata. ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit menghisap ASI sampai bengkak berkurang.

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan bendungan ASI, yaitu:
1)      Pengosongan mamae yang tidak sempurna (Dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada Ibu yang produksi ASI-nya berlebihan. apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu, & payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI di dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI).
2)      Faktor hisapan bayi yang tidak aktif (Pada masa laktasi, bila Ibu tidak menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif mengisap, maka akan menimbulkan bendungan ASI).
3)       Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar (Teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu. Akibatnya Ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI).
4)      Puting susu terbenam (Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI).
5)      Puting susu terlalu panjang (Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI).

C. Tanda dan gejala bendungan ASI
1)      Mamae panas serta keras pada saat perabaan dan nyeri.
2)      Puting susu bisa mendatar sehingga bayi sulit menyusu.
3)      Pengeluaran air susu kadang terhalang oleh duktus laktifer menyempit.
4)      Payudara bengkak,keras,panas.
5)        Nyeri bila ditekan.
6)       Warnanya kemerahan.
7)       Suhu tubuh sampai 38oc

D. Patofisiologi
Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan progesteron turun dalam 2-3 hari. Dengan ini faktor dari hipotalamus yang menghalangi prolaktin waktu hamil, dan sangat di pengaruhi oleh estrogen tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi sekresi prolaktin oleh hipofisis.
Hormon ini menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mammae terisi dengan air susu, tetapi untuk mengeluarkan dibutuhkan refleks yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar tersebut.
Refleks ini timbul bila bayi menyusui. Apabila bayi tidak menyusu dengan baik, atau jika tidak dikosongkan dengan sempurna, maka terjadi bendungan air susu.
Gejala yang biasa terjadi pada bendungan ASI antara lain payudara penuh terasa panas, berat dan keras, terlihat mengkilat meski tidak kemerahan. ASI biasanya mengalir tidak lancar, namun ada pula payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri, puting susu teregang menjadi rata.
ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap ASI. Ibu kadang-kadang menjadi demam, tapi biasanya akan hilang dalam 24 jam (wiknjosastro,2005)

E. Diagnosis

1)      Cara inspeksi.
Hal ini harus dilakukan pertama dengan tangan di samping dan sesudah itu dengan tangan keatas,selagi pasien duduk kita akan melihat dilatasi pembuluh-pembuluh balik di bawah kulit akibat pembesaran tumor jinak atau ganas di bawah kulit.perlu diperhatikan apakah kulit pada suatu tempat menjadi merah.

2)      Cara palpasi.
Ibu harus tidur dan diperiksa secara sistematis bagian medial lebih dahulu dengan jari-jari yang harus kebagian lateral.palpasi ini harus meliputi seluruh payudara,dari parasternal kearah garis aksila belakang,dan dari subklavikular kearah paling distal.untuk pemeriksaan orang sakit harus duduk.tangan aksila yang akan diperiksa dipegang oleh pemeriksa dan dokter pemeriksa mengadakan palpasi aksila dengan tangan yang kontralateral dari tangan si penderita.misalnya kalau aksila kiri orang sakit yang akan diperiksa,tangan kiri dokter mengadakan palpasi(prawirohardjo,2005)

F. Pencegahan terjadinya bendungan ASI
1)      Gunakan teknik menyusui yang benar
2)      Puting susu dan areola mamae harus selalu kering setelah selesai menyusui
3)      Jangan pakai Bra yang tidak dapat menyerap keringat
4)      Menyusui dini, susui bayi sesegera mungkin (setelah 30 menit) setelah dilahirkan
5)      Susui bayi tanpa jadwal atau ( on demand)
6)      Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa, bila produksi melebihi kebutuhan bayi
7)      Perawatan payudara pasca (obserti patologi 169)
8)      Menyusui yang sering
9)      Hindari tekanan local pada payudara

G. Penatalaksanaan
A.  Penatalaksanaa untuk bendungan ASI secara umum yaitu:
1)      Kompres hangat payudara agar menjadi lebih lembek
2)      Keluarkan sedikit ASI sehingga puting lebih mudah ditangkap dan dihisap oleh bayi.
3)       Sesudah bayi kenyang keluarkan sisa ASI
4)      Untuk mengurangi rasa sakit pada payudara, berikan kompres dingin
5)      Untuk mengurangi statis di vena dan pembuluh getah bening lakukan pengurutan (masase) payudara yang dimulai dari putin kearah korpus. (Sastrawinata, 2004)
Sebaiknya selama hamil atau dua bulan terakhir dilakukan masase atau perawatan puting susu dan areola mamae untuk mencegah terjadinya puting susu kering dan mudah mencegah terjadinya payudara bengkak.

B.  Penatalaksanaan untuk  ibu yang menyusui:
1)      Sebelum menyusui, pijat payudara dengan lembut, mulailah dari luar kemudian perlahan-lahan bergerak ke arah puting susu dan lebih berhati-hati pada area yang mengeras
2)      Menyusui sesering mungkin dengan jangka waktu selama mungkin, susui bayi dengan payudara yang sakit jika ibu kuat menahannya, karena bayi akan menyusui dengan penuh semangat pada awal sesi menyususi, sehingga bisa mengeringkannya dengan efektif
3)       Lanjutkan dengan mengeluarkan ASI dari payudara itu setiap kali selesai menyusui jika bayi belum benar-benar menghabiskan isi payudara yang sakit tersebut
4)      Tempelkan handuk halus yang sudah dibasahi dengan air hangat pada payudara yang sakit beberapa kali dalam sehari (atau mandi dengan air hangat beberapa kali), lakukan pemijatan dengan lembut di sekitar area yang mengalami penyumbatan kelenjar susu
5)      Dansecara perlahan-lahan turun kearah putting susu
6)      Kompres dingin pada payudara di antara waktu menyusui.
7)      Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
8)      Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya.

C.  Penataksanaan bagi ibu  yang tidak menyusui :
1)      Sangga payudara
2)       Kompres dingin payudara untuk mengurangi pembengkakan dan rasa sakit
3)      Bila di perlukan berikan PCT 500 mg per Oral setiap 4 jam
4)       Jangan di pijat atau memakai kompres hangat payudara
5)      Pompa dan kosongkan payudara
       
D.  Terapi dan pengobatan menurut prawirohardjo (2005) adalah:
1)      Anjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya
2)       Anjurkan ibu untuk melakukan post natal breast care
3)      Lakukan pengompresan dengan air hangat sebelum menyusui dan kompres dingin sesudah menyusui untuk mengurangi rasa nyeri
4)      Gunakan BH yang menopang
5)      Berikan parasetamol 500 mg untuk mengurangi rasa nyeri dan menurunkan panas.
Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan payudara untuk mencegah terjadinya kelainan. Bila terjadi juga, maka berikan terapi simptomatis untuk sakitnya (analgetika), kosongkan payudara, sebelum menyusui pengurutan dulu atau dipompa, sehingga sumbatan hilang. Kalau perlu berikan stilbestrol 1 mg atau lynoral tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari untuk sementara waktu mengurangi pembendungan dan memungkinkan air susu dikeluarkan dengan pijatan.















BAB III
PENUTUP


A. Kesimpulan
Ibu  yang sedang Dalam masa nifas dapat  mengalami beberapa masalah  yang biasanya terjadi seperti pembendunga air susu ibu, ini dapat terjadi pada hari ke dua atau ke tiga ketika payudara telah memproduksi air susu. hal ini disebabkan karena kadar estrogen dan progesteron turun dalam 2-3 hari sesudah melahirkan.Dengan ini faktor dari hipotalamus yang menghalangi prolaktin waktu hamil, dan sangat di pengaruhi oleh estrogen tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi sekresi prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mammae terisi dengan air susu, tetapi untuk mengeluarkan dibutuhkan reflek, yang bisa timbul dari hisapan bayi, apabila bayi tidak menyusu dengan baik, atau jika tidak dikosongkan dengan sempurna, maka terjadi bendungan air susu.
Tanda dan gejala pembendungan ASI yang biasanya dirasakan oleh ibu yaitu  Mamae panas serta keras pada saat perabaan dan nyeri Warnanya kemerahan.Suhu tubuh sampai 38oc.
Penatalaksanaanya bisa dengan dikompres ataupun dengan pemberian obat paracetamol jika ibunya mengalami deman.

B. SARAN
Bagi Tenaga Kesehatan:
-        Diharapkan petugas kesehatan lebih meningkatkan konseling tentang menyusui secara eksklusif.
-        Diharapkan petugas kesehatan bisa mempertahankan pelayanan kebidanan yang sudah memenuhi standart.
 Bagi  Pasien
-        Diharapkan pasien aktif bertanya kepada petugas meskipun belum ada keluhan, dan melakukan kunjungan ulang sesuai dengan jadwalnya.
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono, 2005. Ilmu Kebidanan, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC

Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Internet:
diunduh pada hari  Selasa, 4 April 2013 Pkl: 14.30 WIB

http://satubidan.com/makalah-pembengkakan-payudara/diunduh pada hari Rabu, 3 April 2013, Pkl: 19.20 WIB

Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking