MAKALAH
TETANUS NEONATURUM
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Askeb Neo
Dosen Pengampu : Vitrianingsih,S.S.T
Kelompok 6
Kelas A8.5
11150190 Ayu Fatmawati
11150 Ely
Wulandari
11150 Tika Sary
11150 Irma Kumalasari
11150 Yessi Nur
Rachma Wati
11150 Elistiary
PROGRAM STUDI
DIII KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU
KESEHATAN
UNIVERSITAS
RESPATI
YOGYAKARTA
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan
YME yang telah
berkenan memberi petunjuk dan hidayahNya sehingga kami
dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul “Tetenus
Neoturum”
Dalam penulisan makalah ini, penulis telah berusaha semaksimal
mungkin untuk menyajikan yang terbaik, namun penulis menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan
saran dan kritikan yang bersifat membangun dari pembaca untuk kesempurnaan
makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan
dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya.
Jogyakarta
13 Maret 2013
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR…………………………………………………………….i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...ii
BAB1 PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang………………………………………………………...1
1.2 Tujuan
Umum…………………………………………………………2
1.3 Tujuan
khusus…………………………………………………………3
BABII PEMBAHASAN
2.1.1
Pengertian……………………………………………………………4
2.1.2
Etiologi………………………………………………………………5
2.1.3 Faktor
Resiko………………………………………………………..5
2.1.4
Epidemiologi………………………………………………………...6
2.1.5
Patologi……………………………………………………………...6
2.1.6 Gambaran
Klinis…………………………………………………….6
2.1.7
Pencegahan…………………………………………………………..7
2.1.8
Penatalaksanaan……………………………………………………..9
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan…………………………………………………………...13
3.2
Saran………………………………………………………………….14
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...15
BABI
PENDAHULUAN
I.
I. Latar Belakang
Bayi neonatus meliputi umur 0 – 28 hari. Kehidupan pada masa
neonatus ini sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar
bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Peralihan dari kehidupan
intrauterin ke ekstrauterin memerlukan berbagai perubahan biokimia dan faali.
Namun, banyak masalah pada bayi baru lahir yang berhubungan dengan gangguan
atau kegagalan penyesuaian biokimia dan faali.
Masalah pada neonatus ini biasanya timbul sebagai akibat
yang spesifik terjadi pada masa perinatal. Tidak hanya merupakan penyebab
kematian tetapi juga kecacatan. Masalah ini timbul sebagai akibat buruknya
kesehatan ibu, perawatan kehamilan yang kurang memadai, manajemen persalinan
yang tidak tepat dan tidak bersih, serta kurangnya perawatan bayi baru lahir
Contoh penyakit yang sering didapatkan pada neonatus yaitu Tetanu neonatorum masih
banyak terdapat di negara-negara sedang membangun termasuk Indonesia dengan
kematian bayi yang tinggi dengan angka kematian 80 %. Di Indonesia pada saat
ini persalinan yang ditolong di rumah sakit hanya 10 – 15 %, 10 % lagi ditolong
oleh bidan swasta, sedangkan sisanya 75 – 80 % masih ditolong oleh dukun.
(Rustam Mochtar, 1998)
Di Indonesia, sekitar 9,8% dari 184 ribu kelahiran bayi
menghadapi kematian. Contoh, pada tahun 80-an tetanus menjadi penyebab pertama
kematian bayi di bawah usia satu bulan. Namun, pada tahun 1995 kasus serangan
tetanus sudah menurun, akan tetapi ancaman itu tetap ada sehingga perlu diatasi
secara serius. Tetanus juga terjadi pada bayi, dikenal dengan istilah tetanus
neonatorum, karena umumnya terjadi pada bayi baru lahir atau usia di bawah satu
bulan (neonatus). Penyebabnya adalah spora Clostridium tetani yang masuk
melalui luka tali pusat, karena tindakan atau perawatan yang tidak memenuhi
syarat kebersihan.WHO menunjukkan, kematian akibat tetanus di negara berkembang
adalah 135 kali lebih tinggi dibanding negara maju. Mortalitasnya sangat tinggi
karena biasanya baru mendapat pertolongan bila keadaan bayi sudah gawat.
Penanganan yang sempurna memegang peranan penting dalam menurunkan angka
mortalitas. Tingginya angka kematian sangat bervariasi dan sangat tergantung
pada saat pengobatan dimulai serta pada fasilitas dan tenaga perawatan yang
ada.
Tetanus neonatorum angka kematian kasusnya (Case Fatality
Rate atau CFR) sangat tinggi. Pada kasus teanus neonatorum angkanya mendekati
100 %, terutama yang mempunyai masa inkubasi kurang 7 hari. Angka kematian
kasus tetanus neonatorum yahng dirawat di rumah sakit diindonesia bervariasi
dengan kisaran 10,8 – 55 %. (Abdul Bari Saifuddin, 2000)
Dengan tingginya kejadian kasus tetanus ini sangat
diharapkan bagi seorang tenaga medis, terutama seorang bidan dapat memberikan
pertolongan/tindakan pertama atau pelayanan asuhan kebidanan yang sesuai dengan
kewenangan dalam menghadapi kasus tetanus neonatorum.
Pemerintah bertekat untuk memperkecil kematian akibat
kematian tetanus neonatorum dengan jalan memberikan 2 kali vaksinasi tetanus
toksoid selama hamil. Diharapkan bidan dapat membantu upaya pemerintah sehingga
dapat menurunkan angka kematian bayi karena tetanus sampai akhir tahun 2000,
menjadi kurang dari 1 %. Dikemukakan bahwa angka kematian karena tetanus dapat
dijadikan ukuran bagaimana pelayanan kesehatan yang diberikan dalam satu daerah
dan secara umum pada negara tersebut.(Ida Bagus Gde Manuaba, 1998)
I.2 Tujuan
1) Mengetahui teori tentang pengertian Tetanus Neonaturum
2) Mengetahui
penyebab, faktor predisposisi, gejala, patofisiologi, komplikasi dan penatalaksanaan
Tetanus Neonaturum
1.3
RUMUSAN MASALAH
1) Apakah
yang dimaksud dengan Tetanus Neonaturum?
2) Apakah
yang dapat menyebabkan terjadinya Tetanus Neonaturum
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Tetanus Neonaturum
2.1.1.
Pengertian
Kata tetanus berasal dari bahasa Yunani tetanus
yang
berarti kencang atau tegang.Tetanus merupakan suatu infeksi akut yang
ditandai kondisi spastik paralisis yang disebabkanoleh neurotoksin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani. Tetanus
berdasarkan gejalaklinisnya dapat dibagi menjadi 3 bentuk, yaitu tetanus
generalisasi (umum), tetanus local dantetanus sefalik. Bentuk tetanus yang
paling sering terjadi adalah tetanus generalisasi dan jugamerupakan bentuk
tetanus yang paling berbahaya Neonatal
(berasal dari neos yang
berarti baru dan natus yang berarti
lahir)merupakan suatu istilah kedokteran yang digunakan untuk
menggambarkan masa sejak bayilahir hingga usia 28 hari kehidupan.Tetanus neonatorum merupakan suatu bentuk tetanus
generalisasi yang terjadi padamasa neonatal.
Tetanus
Neonaturum adalah penyakit yang diderita oleh bayi baru lahir (neonatus).
Tetanus neonatorum penyebab kejang yang sering dijumpai pada BBL yang bukan
karena trauma kelahiran atau asfiksia, tetapi disebabkan infeksi selama masa
neonatal, yang antara lain terjadi akibat pemotongan tali pusat atau perawatan
tidak aseptic (Ilmu Kesehatan Anak, 1985)
Tetanus neonatorum
adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus yang disebabkan oleh
clostridium tetani yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun) yang menyerang
sistem saraf pusat. (Abdul Bari Saifuddin, 2000)
Tetanus
Neonatorum (TN) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh kuman Clostridium
Tetani memasuki tubuh bayi baru lahir melalui tali pusat yang
kurang terawat dan terjadi pada bayi sejak lahir sampai umur 28 hari,
kriteria kasus TN berupa sulit menghisap ASI, disertai kejang rangsangan,
dapat terjadi sejak umur 3-28 hari tanpa pemeriksaan laboratorium. (Sudarjat S,
1995).
Tetanus neonatorum merupakan suatu penyakit akut yang
dapat dicegah namun dapat berakibat fatal, yang disebabkan oleh produksi
eksotoksin dari kuman Clostridium tetani gram positif, dimana
kuman ini mengeluarkan toksin yang dapat menyerang sistem syaraf pusat.
2.1.2.
Etiologi
Penyebabnya
adalah hasil klostrodium tetani (Kapitaselekta, 2000) bersifat anaerob,
berbentuk spora selama diluar tubuh manusia dan dapat mengeluarkan toksin yang
dapat mengahancurkan sel darah merah, merusak lekosit dan merupakan
tetanospasmin yaitu toksin yang bersifat neurotropik yang dapat menyebabkan
ketegangan dan spasme otot. (Ilmu Kesehatan Anak, 1985)
Masa inkubasi biasanya 4-21 hari (umumnya 7 hari),
tergantung pada tempat terjadinya luka, bentuk luka, dosis dan toksisitas
kuman Tetanus Neonatorum. (Sudarjat S, 1995).
2.1.3. Faktor Resiko
a) Pemberian imunisasi TT (tetanus toksoid) pada ibu hamil
tidak dilakukan, atau tidak lengkap, atau tidak sesuai dengan ketentuan
program.
b )
Pertolongan
persalinan tidak memenuhi syarat.
c) Perawatan tali
pusat tidak memnuhi persyaratan kesehatan.
2.1.4. Epidemiologi
Clostridium tetani berbentuk batang langsing, tidak
berkapsul, gram positip. Dapat bergerak dan membentuk sporaspora, terminal yang
menyerupai tongkat penabuh genderang (drum stick). Spora spora tersebut kebal
terhadap berbagai bahan dan keadaan yang merugikan termasuk perebusan, tetapi
dapat dihancurkan jika dipanaskan dengan otoklaf. Kuman ini dapat hidup
bertahun-tahun di dalam tanah, asalkan tidak terpapar sinar matahari, selain
dapat ditemukan pula dalam debu, tanah, air laut, air tawar dan traktus
digestivus manusia serta hewan.
2.1.5.
Patologi
Kelainan patologik biasanya terdapat pada otak pada sumsum
tulang belakang, dan terutama pada nukleus motorik. Kematian disebabkan oleh
asfiksia akibat spasmus laring pada kejang yang lama. Selain itu kematian dapat
disebabkan oleh pengaruh langsung pada pusat pernafasan dan peredaran darah.
Sebab kematian yang lain ialah pneumonia aspirasi dan sepsis. Kedua sebab yang
terakhir ini mungkin sekali merupakan sebab utama kematian tetanus neonatorum
di Indonesia.
2.1.6.
Gambaran Klinik
Masa
tunas biasanya 5-14 hari, kadang-kadang sampai beberapa minggu jika infeksinya
ringan. Penyakit ini biasanya terjadi mendadak dengan ketegangan otot yang
makin bertambah terutama pada rahang dan leher. Dalam 48 jam penyakit menjadi
nyata dengan adanya trismus (Ilmu Kesehatan Anak, 1985).
Pada
tetanus neonatorum perjalanan penyakit ini lebih cepat dan berat. Anamnesis
sangat spesifik yaitu :
1.
Bayi tiba-tiba panas dan tidak mau minum (karena tidak dapat menghisap).
2.
Mulut mencucu seperti mulut ikan.
3.
Mudah terangsang dan sering kejang disertai sianosis.
4.
Kaku kuduk sampai opistotonus.
5.
Dinding abdomen kaku, mengeras dan kadang-kadang terjadi kejang.
6.
Dahi berkerut, alis mata terangkat, sudut mulut tertarik kebawah, muka thisus
sardonikus
7.
Ekstermitas biasanya terulur dan kaku.
8.
Tiba-tiba bayi sensitif terhadap rangsangan, gelisah dan kadang-kadang menangis
lemah.
2.1.7.
Pencegahan
2.1.7.1. Melaui pertolongan
persalinan tiga bersih, yaitu bersih tangan, bersih
alas, dan bersih alat .
1. Bersih tangan
Sebelum menolong persalinan, tangan
poenolong disikat dan dicuci dengan sabun sampai bersih. Kotoran di bawah kuku dibersihkan
dengan sabun. Cuci tangan dilakukan selama 15 – 30 “ . Mencuci tangan secara
benar dan menggunakan sarung tangan pelindung merupakan kunci untuk menjaga
lingkungan bebas dari infeksi.
2. Bersih alas
Tempat
atau alas yang dipakai untuk persaliunan harus bersih, karena clostrodium
tetani bisa menular dari saluran genetal ibu pada waktu kelahiran..
3. Bersih alat
Pemotongan tali pusat harus
menggunakan alat yang steril. Metode sterilisasi ada 2, yang pertama dengan
pemanasan kering : 1700 C selama 60 ‘ dan yang kedua menggunakan
otoklaf : 106 kPa, 1210 C selama 30 ‘ jika dibungkus, dan 20 ‘ jika
alat tidak dibungkus.
2.1.7.2. Perawatan tali pusat yang
baik
Untuk perawatan tali pusat baik
sebelum maupun setelah lepas, cara yang murah dan baik yaitu mernggunakan
alkohol 70 % dan kasa steril. Kasa steril yang telah dibasahi dengan alkohol
dibungkuskan pada tali pusat terutama pada pangkalnya. Kasa dibasahi lagi
dengan alkohol jika sudah kering. Jika tali pusat telah lepas, kompres alkohol
ditruskan lagi sampai luka bekas tali pusat kering betul (selama 3 – 5 hari).
Jangan membubuhkan bubuk dermatol atau bedak kepada bekas tali pusat karena
akan terjadi infeksi.
2.1.7.3. Pemberian Imunisasi Tetanus
Toksoid (TT) pada ibu hamil
Kekebalan terhadap tetanus hanya
dapat diperoleh melalui imunisasi TT. Ibu hamil yang mendapatkan imunisasi TT
dalam tubuhnya akan membentuk antibodi tetanus. Seperti difteri, antibodi
tetanus termasuk dalam golongan Ig G yang mudah melewati sawar plasenta, masuk
dan menyebar melalui aliran darah janin ke seluruh tubuh janin, yang akan
mencegah terjadinya tetanis neonatorum.
Imunisasi TT
pada ibu hamil diberikan 2 kali ( 2 dosis). Jarak pemberian TT pertama dan kedua, serta jarak antara TT
kedua dengan saat kelahiran, sangat menentukan kadar antibodi tetanus dalam
darah bayi. Semakin lama interval antara pemberian TT pertama dan kedua serta
antara TT kedua dengan kelahiran bayi maka kadar antibosi tetanus dalam darah
bayi akan semakin tinggi, karena interval yang panjang akan mempertinggi respon
imunologik dan diperoleh cukup waktu untuk menyeberangkan antibodi tetanus
dalam jumlah yan cukup dari tubuh ibu hamil ke tubuh bayinya.
TT adalah antigen yang sangat aman dan juga aman untuk ibu
hamil tidak ada bahaya bagi janin apabila ibu hamil mendapatkan imunisasi TT .
Pada ibu hamil yang mendapatkan imunisasi TT tidak didapatkan perbedaan resiko
cacat bawaan ataupun abortus dengan mereka yang tidak mendapatkan imunisasi .
Tabel Pemberian
Imunisasi TT dan Lamanya Perlindungan
Dosis
|
Saat
Pemberian
|
% Perlindungan
|
Lama
Perlindungan
|
TT1
TT2
TT3
TT4
TT5
|
Pada kunjungan pertama atau sedini mungkin pada kehamilan
Minimal 4 minggu setelah TT1
Minimal 6 bulan setelah TT2 atau selama kehamilan
berikutnya
Minimal setahun setelah TT3 atau selama kehamilan
berikutnya
Minimal setahun setelah TT4 atau selama kehamilan
berikutnya
|
0
80 %
95 %
99 %
99 %
|
Tidak
ada
3 tahun
5 tahun
10 tahun
selama usia subur
|
2.1.8. Penatalaksanaan
1. Mengatasi kejang
Kejang dapat diatasi dengan
mengurangi rangsangan atau pemberian obat anti kejang. Obat yang dapat dipakai
adalah kombinasi fenobarbital dan largaktil. Fenobarbital dapat diberikas
mula-mula 30 – 60 mg parenteral kemudian dilanjutkan per os dengan dosis
maksimum 10 mg per hari. Largaktil dapat diberikan bersama luminal, mula-mula
7,5 mg parenteral, kemudian diteruskan dengan dosis 6 x 2,5 mg setiap hari.
Kombinasi yang lain adalah luminal dan diazepam dengan dosis 0,5 mg/kg BB. Obat
anti kejang yang lain adalah kloralhidrat yang diberikan lewat rektum.
2. Pemberian antitoksin
Untuk mengikat toksin yang masih
bebas dapat diberi A.T.S (antitetanus serum) dengan dosis 10.000 satuan setiap
hari serlama 2 hari .
3. Pemberian antibiotika
Untuk mengatasi inferksi dapat
digunakan penisilin 200.000 satuan setiap hari dan diteruskan sampai 3 hari
panas turun.
4. Perawatan Tali pusat
Tali pusat dibersihkan atau di
kompres dengan alkohol 70 % atau betadin 10 %.
5.
Memperhatikan jalan nafas, diuresis, dan tanda vital. Lendir sering dihisap.
Masalah yang perlu diperhatikan adalah bahaya terjadi
gangguan pernafasan, kebutuhan nutrisi/cairan dan kurangnya pengetahuan orang
tua mengenai penyakit.Gangguan pernafasan yang sering timbul adalah apnea, yang
disebabkan adanya tenospasmin yang menyerang otot-otot pernafasan sehingga otot
tersebut tidak berfungsi. Adanya spasme pada otot faring menyebabkan
terkumpulnya liur di dalam rongga mulut sehingga memudahkan terjadinya
poneumonia aspirasi. Adanya lendir di tenggorokan juga menghalangi kelancaran
lalu lintas udara (pernafasan). Pasien tetanus neonatorum setiap kejang selalu
disertai sianosis terus-menerus. Tindakan yang perlu dilakukan :
a. Baringkan bayi dalam sikap kepala
ekstensi dengan memberikan ganjal dibawah bahunya.
b. Berikan O2 secara
rumat karena bayi selalu sianosis (1 – 2 L/menit jika sedang terjadi kejang,
karena sianosis bertambah berat O2 berikan lebih tinggi dapat sampai
4 L/menit, jika kejang telah berhenti turunkan lagi).
c.
Pada saat kejang, pasangkan sudut lidah untuk mencegah lidah jatuh ke belakang
dan memudahkan penghisapan lendirnya.
d.
Sering hisap lendir, yakni pada saat kejang, jika akan melakukan nafas buatan
pada saat apnea dan sewaktu-waktu terlihat pada mulut bayi.
e.
Observasi tanda vital setiap ½ jam .
f.
Usahakan agar tempat tidur bayi dalam keadaan hangat.
g.
Jika bayi menderita apnea :
a) Hisap lendirnya sampai bersih
b)
O2 diberikan lebih besar (dapat sampai 4 L/ menit)
Letakkan bayi di atas tempat tidurnya/telapak tangan kiri
penolong, tekan-tekan bagian iktus jantung di tengah-tengah tulang dada dengan
dua jari tangan kanan dengan frekuensi 50 – 6 x/menit.
Bila belum berhasil cabutlah sudut lidahnya, lakukan
pernafasan dengan menutup mulut dan hidung bergantian secara ritmik dengan
kecepatan 50 – 60 x/menit, bila perlu diselingi tiupan.
6.
Kebutuhan nutrisi/cairan
Akibat bayi tidak dapat menetek dan keadaan payah, untuk
memenuhi kebutuhan makananya perlu diberikan infus dengan cairan glukosa 10 %.
Tetapi karena juga sering sianosis maka cairan ditambahkan bikarbonas natrikus
1,5 % dengan perbadingan 4 : 1. Bila keadaan membaik, kejang sudah berkurang
pemberian makanan dapat diberikan melalui sonde dan selanjutnya sejalan dengan
perbaikan bayi dapat diubah memakai dot secara bertahap.
7.
Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit
Kedua orang tua pasien yang bayinya menderita tetanus peru
diberi penjelasan bahwa bayinya menderita sakit berat, maka memerlukan tindakan
dan pengobatan khusus, kerberhasilan pengobatan ini tergantung dari daya tahan tubuh
si bayi dan ada tidaknya obat yang diperlukan hal ini mengingat untuk tetanus
neonatorum memerlukan alat/otot yang biasanya di RS tidak selalu tersedia dan
harganya cukup mahal (misalnya mikrodruip). Selain itu yang perlu dijelaskan
ialah jika ibu kelak hamil lagi agar meminta suntikan pencegahan tetanus di
puskesmas, atau bidan, dan minta pertolongan persalinan pada dokter, bidan atau
dukun terlatih yang telah ikut penataran Depkes. Kemudian perlu diberitahukan
pula cara pearawatan tali pusat yang baik.
BAB III
PENUTUP
3. 1 Kesimpulan
Tenanus adalah penyakit toksemia akut yang disebabkan oleh
Cl ostridium tetani (Mansjoer, 2000).
Menurut
Surasmi (2003), tetanus neonatorum adalah penyakittetanus yang terjadi pada
neonatus (bayi berusia 0-1 bulan). Penyebab tetanus adalah Cl ostridium
tetani,yang infeksinya biasa terjadi melalui luka dari tali pusat.
Dapat juga karena perawatan tali pusat yang menggunakan
obat tradisional seperti abu dankapur sirih, daun-daunan dan sebagainya.Masa
inkubasi berkisar antara 3-14 hari, tetapi bisa berkurang atau lebih.
Gejalaklinis infeksi tetanus neonatorum umumnya muncul pada hari ke 3 sampai ke
10 (Surasmi, 2003).
Tindakan pencegahan yang
paling efektif adalah melakukanimunisasi dengan tetanus toksoid (TT) pada
wanita calon pengantin dan ibu hamil. Selain itu, tindakan memotong dan merawat
tali pusat harus secara steril.Pemberian asuhan keperawatan pada bayi berisiko
tinggi: tetanus neonatorum difokuskan pada upaya penanganan dari tanda dan gejala
penyakit yang diderita untuk tindakan pemulihan fisik klien. Penentuan
diagnosa harus akurat agar pelaksanaan asuhan keperawatan dapat diberikan
secara maksimal dan mendapatkan hasil yangdiharapkan. Pemberian asuhan
keperawatan bayi berisiko tinggi: tetanus neonatorum secara umum bertujuan
untuk meminimalkan terjadinya komplikasi yang bisa terjadi.Oleh karena itu,
dibutuhkan kreativitas dan keahlian dalam pemberian asuhan keperawatan dan
kolaborasikan dengan tim medis lainnya yang bersangkutan.
3. 2 Saran
Adapun
saran yang dapat kelompok berikan adalah :
1. Bagi Bidan yang akan
memberikan asuhan keperawatan pada bayi dengan penyakit tetanus neonatorum
harus lebih memperhatikan dan tahu pada bagian- bagian mana saja dari
asuhan keperawatan pada bayi yang perlu ditekankan.
2. Bidan juga memberikan
pendidikan kesehatan kepada bapak dan ibu ataukeluarga dari anak tentang bahaya
tetanus dan penyuluhan untuk melakukan persalinan di rumah sakit,
puskesmas, klinik bersalin, atau pelayanan kesehatanlainnya agar terhindar dari
infeksi tetanus pada anaknya akibat penggunaan alat
3. Kurangnya pengetahuan orang
tua mengenai penyakit, Kedua orang tua pasien yang bayinya menderita tetanus
peru diberi penjelasan bahwa bayinya menderita sakit berat, maka memerlukan
tindakan dan pengobatan khusus, kerberhasilan pengobatan ini tergantung dari
daya tahan tubuh si bayi dan ada tidaknya obat yang diperlukan hal ini
mengingat untuk tetanus neonatorum memerlukan alat/otot yang biasanya di RS
tidak selalu tersedia dan harganya cukup mahal (misalnya mikrodruip). Selain
itu yang perlu dijelaskan ialah jika ibu kelak hamil lagi agar meminta suntikan
pencegahan tetanus di puskesmas, atau bidan, dan minta pertolongan persalinan
pada dokter, bidan atau dukun terlatih yang telah ikut penataran Depkes.
Kemudian perlu diberitahukan pula cara pearawatan tali pusat yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Wiknjosastro,
Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo :
Jakarta.
Sudarti.2010.
Kelainan dan Penyakit Pada Bayi dan Balita.yogyakarta:Nuha Medika.
Fauziah,
Afroh dan Sudarti.2012.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan
Anak.Yogyakarta: Nuha Medika
Buku
Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.2002.Jakarta:Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking